DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990
PIDI BAIQ
DARI M!ZAN
Demi mengikuti acara Meet & Greet Pidi Baiq, saya pun
berkenalan dengan novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Sebelumnya saya
pernah membaca bukunya Pidi Baiq yang Drunken Monster, untuk melihat reviewnya
silakan disini. Dan saya menangkap, buku-bukunya memiliki kekhasan
tersendiri yaitu menggunakan bahasa yang rada kaku dan entah secara susunan
bahasa, itu baku apa enggak.
Gaya begini tuh gaya orisinil sang Pidi. Sama seperti
jawaban-jawaban di Twitter atas pertanyaan fans-fansnya. Menarik dan membuat
pikiran jadi adem juga senang. Saya kira belum ada penulis seunik beliau. Maaf
kalau pernyataan saya keliru. Pernyataan tadi berdasarkan pengalaman saya yang
minim di pengenalan penulis.
Saya bisa mengatakan kalau novel Dilan itu dasyat banget.
Meskipun cerita yang dibangun dari plot dan tema amat sederhana, Pidi Baiq
mampu menyuguhkan kesan mendalam bagi pembacanya. Kalo nggak percaya, segera
baca bukunya. Dan saya nggak tahu informasi ini benar atau tidak, katanya,
novel Dilan menjadi novel best seller untuk tahun 2014. Informasi ini saya
dapat dari rekan kantor yang secara kebetulan sama-sama menyukai buku.
Memakai sudut pandang Milea atau Lia, ia bercerita mengenai
awal Lia dan Dilan menaruh rasa, berlanjut kependekatan hingga titik akhirnya,
proklamir pacaran. Kebanyakan dari novel ini lebih membahas bagaimana Dilan
melakukan pendekatan terhadap Lia dengan cara-cara yang menurut saya tidaklah
lajim. Bayangkan saja, hadiah ulang tahun Lia dari Dilan hanya buku TTS yang
sudah diisi.
“SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.
INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS.
TAPI SUDAH KUISI SEMUA.
AKU SAYANG KAMU
AKU TIDAK MAU KAMU PUSING
KARENA HARUS MENGISINYA.
DILAN!”
Bukan hanya itu saja, Dilan juga pernah memberikan cokelat
tapi bukan dianya sendiri yang memberikan pada Lia. Bisa siapa saja. Bisa
petugas PLN, petugas POS atau tetangganya. Seakan-akan Dilan melakukan konspirasi
untuk dunia dan seisinya tahu kalau dia menyukai Lia. Atas perlakuan Dilan ini,
Lia tidak bisa menahan rasa suka dan sayangnya ke Dilan meskipun pada saat itu
ia masih berstatus pacar Beni, orang Jakarta. Oh ya, setting cerita Lia dan
Dilan adanya di Bandung. Enggak heran, kadang Pidi menjelaskan lokasi di tahun
1990 dengan kondisi lingkungan saat ini.
Rumitnya kondisi Lia bukan lantaran ada Beni saja.
Pembimbing belajarnya pun ikutan melakukan pendekatan untuk menarik perhatian
Lia. Dia bernama Kang Adi alias si monyet.
Lia bahkan pernah merasa galau karena terjebak kondisi yang
mengharuskannya berjalan-jalan dengan Kang Adi, sedangkan Lianya sendiri sudah
bilang ke Dilan kalau Lia nggak akan jalan sama Kang Adi.
Secara keseluruhan, novel ini menghibur dan memberi
pencerahan atas settingan novel-novel romantis yang banyak terbit akhir-akhir
ini. Dan saya merekomendasikan novel ini dibaca siapa pun. Yang muda sebagai
pelajaran hidup. Yang tua sebagai nostalgia. Intinya, Dilan itu keren.
0 komentar:
Posting Komentar